Selasa, 23 September 2014

makalah supervisi pendidikan tentang observasi kelas


TUGAS KELOMPOK
OBSERVASI KELAS
Diajukan Sebagai Salah Satu syarat Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah:
“Supervisi Pendidikan
Yang Diampu Oleh: Aguswan Kh. Umam, S.Ag, MA
Disusun Oleh Kelompok IV:
·         Bayu Wijayanto        1282441
·         Mely Puspita              1283771
·         Nurul Alfiana                        1284211
Kelas               : G
Semester         : IV

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI METRO (STAIN)
JURAI SIWO METRO
TAHUN PELAJARAN 2014

KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Alhamdulillahirabbil’alamin, banyak nikmat yang Allah berikan, tetapi sedikit sekali yang kita ingat. Segala puji hanya layak untuk Allah Tuhan seru sekalian alam atas segala berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-Nya yang tiada terkira besarnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul ”Observas Kelas”.
Dalam penyusunannya, penulis memperoleh banyak bantuan dari berbagai pihak, karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: Kedua orang tua, segenap keluarga besar, dosen pengampu, dan sahabat-sahabat yang telah memberikan dukungan, kasih, dan kepercayaan yang begitu besar. 
Dari sanalah semua kesuksesan ini berawal, Semoga semua ini bisa memberikan sedikit kebahagiaan dan menuntun pada langkah yang lebih baik lagi. Meskipun penulis berharap isi dari makalah ini bebas dari kekurangan dan kesalahan, namun selalu ada yang kurang.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar makalah ini dapat lebih baik lagi. Akhir kata penulis berharap agar makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca.



Metro, 23 Mei  2014


Penyusun



DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...........................................................................          I       
KATA PENGANTAR ........................................................................          II     
DAFTAR ISI ........................................................................................          III
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang .....................................................................................          1
BAB II PEMBAHASAN
A.    Pengertian Observasi ...............................................................         
B.     Tujuan Observasi Kelas ...........................................................
C.    Metode Observasi .....................................................................
D.    Pendekatan dalam Observasi ..................................................
E.     Peran dan Tanggung Jawab Observasi .................................
F.     Tahap-tahap Observasi ............................................................
G.    Instrumen Observasi ................................................................
BAB III PENUTUP
Kesimpulan ...........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA





BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pendidikan dalam kehidupan ini memiliki peran penting untuk kemajuan individu-individu baru yang dimana nantinya akan membentuk manusia yang menjadi generasi penerus bangsa. Pendidikan adalah lembaga yang bertanggung jawab menetapkan cita-cita, tujuan, sistem, isi, dan organisasi pendidikan yang terjadi dalam keluarga, masyarakat dan sekolah Peningkatan mutu pendidikan merupakan pengaruh yang signifikan dalam perkembangan aspek-aspek lain. Oleh sebab itulah pemerintah selalu mengusahakan untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia ini dengan segala cara. Salah satunya dengan program penyetaraan guru-guru yang ada di indonesia. Hal ini semata-mata dilakukan untuk meningkatkan kualifikasi guru yang didasarkan atas kesiapan guru itu sendiri agar dapat berperan dalam menjalankan tugas secara optimal dan profesional
Peningkatan mutu pendidikan ini merupakan tanggung jawab semua pihak. Salah satu pihak yang sangat berperan dalam peningkatan mutu pendidikan ini adalah guru. Guru sebagai salah satu sumber belajar bagi siswa berkewajiban untuk menyediakan lingkungan belajar yang kreatif bagi kegiatan belajar anak didik di kelas. Dikarenakan tuntutan yang tinggi untuk menjadi seorang guru, maka sebelum terjun langsung menjadi seorang guru nantinya, para calon gurupun diharapkan mempunyai bekal yang cukup sehingga dapat menjadi seorang guru yang profesional dan dapat diandalkan.
BAB II
PEMBAHASAN
OBSERVASI KELAS
A.    Pengertian Observasi
Obsevasi kelas merupakan salah satu teknik dalam supervisi. Dengan teknik ini seseorang observer (dalam hal ini tenaga pengawas) meninjau, mengamati, memperhatikan dan mencatat data dan fakta baik kuantitatif maupun kualitatif, yang berkaitan secara langsung maupun tidak dengan proses belajar mengajar di kelas. Data obyektif yang diperoleh observer selanjutnya dijadikan sebagai landasan bagi pengambilan kebijakan oleh guru dan pimpinan sekolah dalam rangka pencapaian tujuan belajar.
Secara harfiah, obsevasi mengandung arti “see and notice” (lihat dan catat), atau “watch carefully” (melihat, memperhatikan secara seksama). Dari sini dapat dipahami bahwa kegiatan observasi kelas lebih mengutamakan kerja mata dan kerja telinga dalam memahami hal-hal yang muncul, tampak dan berkembang di kelas. [1]
Dengan demikian  kegiatan observasi kelas sangatlah penting dalam keseluruhan tugas kepengawasan pendidikan. Pertama, kelas merupakan pusat pembelajaran, dan oleh karenanya menjadi pusat perubahan. Sebagai pusat pembelajaran, kelas merupakan ajang interaksi antara guru dan siswa dalam suasana edukatif.
Kedua, catatan-catatan penting yang dibuat oleh seseorang pengawas akan menjadi masukan berharga bagi perbaikan kualitas kepengajaran dan perumusan kebijakan umum peningkatan hasil belajar di suatu sekolah.


B.     Tujuan Observasi Kelas
Obsevasi kelas dimaksudkan sebagai teknik atau cara untuk memahami keadaan kelas dengan melakukan pengamatan dan pencatatan terhadap data fakta kuantitatif dan kualitatif, baik yang secara langsung ataupun tidak langsung yang berhubungan dan mempengaruhi proses belajar mengajar.
Selain itu tujuan observasi juga untuk memperoleh data yang seobyektif mungkin sehingga dengan bahan yang diperoleh dapatlah digunakan dalam menganalisa kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru-guru dalam usaha memperbaiki hal belajar mengajar.
Bagi guru sendiri data yang dianalisa akan dapat membantu untuk merubah cara-cara mengajar ke arah yang lebih baik dan bagi murid sudah tentu akan dapat menimbulkan pengaruh positif terhadap kemajuan belajar mereka.[2]
Secara khusus perlu ditekankan bahwa tujuan observasi kelas bukan mencari-cari dan menilai kelemahan dan kesalahan guru, melainkan menemukan masalah dan menentukan sejumlah solusi guna membantu pencapaian tujuan atau hasil belajar secara lebih maksimal.

C.    Metode Observasi Kelas
Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk melakukan observasi. Metode-metode observasi tersebut tidak mencerminkan metode yang satu lebih baik dari metode observasi lainnya. Metode observasi akan sangat tergantung pada si peneliti, metode-metode observasi tersebut adalah sebagai berikut:




a.      Observasi Terbuka
Obsevasi terbuka adalah apabila sang pengamat atau observer melakukan pengamatannya dengan mengambil kertas pensil, kemudian mencatatkan segala sesuatu yang terjadi di kelas.
Yang bertujuan untuk menggambarkan situasi kelas selengkapnya sehingga urutan-urutan kejadian tercatat semuanya. Akan tetapi, pada prinsipnya pencatatan terbuka disesuaikan dengan selera pengamat dengan catatan dilakukan sesuai dengan fakta dan tanpa penafsiran subjektif dari pengamat.[3]

b.      Observasi Terfokus
Apabila penelitian ingin memfokuskan permasalahan kepada upaya-upaya guru dalam membangkitkan semangant belajar sisiwa dengan memberikan respon kepada pertanyaan guru, maka sebaiknya dilakukan Penelitian tindakan kelas yang memfokuskan kepada meningkatkan kualitas bertanya.[4]

c.       Observasi Terstruktur
Observasi terstruktur merupakan pengamatan yang dilakukan oleh seorang peneliti terhadap subjek atau objek penelitian di mana yang diamati itu sesuatu yang bersifat tersrtuktur, dalam observasi  terstruktur ini, peneliti dan mitra peneliti terlebih dahulu menyetujui kriteria yang diamati, selanjutnya observer tinggal menghitung saja berapa kali jawaban, tindakan, atau sikap siswa yang sedang diteliti itu ditampilkan.[5]

d.      Observasi Sistematik
Observasi sistematik merupakan pengamatan yang dilakukan oleh seorang peneliti terhadap subjek atau objek penelitian di mana yang diamati itu sesuatu yang bersifat kuantitatif dengan menggunakan skala-skala. Dengan menggunakan skala, para peneliti akan mengambil pikiran-pikiran orang lain yang menyusun skala tersebut, sedangkan pegangan pokok dalam penelitian ini adalah observer akan melakukan suatu pengamatan terhadap tindakan guru untuk mencoba sesuatu dalam pembelajarannya dalam upaya meningkatkan kualitas yang sudah direncanakan dan dipikirkan bersama.
Pengamatan dengan menggunakan skala juga akan menekankan aspek penelitian kuantitatif yang akan mendahulukan perhitungan jumlah dibandingkan dengan kualitas analisis yang mendalam.[6]

D.    Pendekatan dalam Observasi
Dari pengalaman di lapangan, kita mengetahui banyak pendekatan yang sering diterapkan oleh pengawas dalam melaksanakan observasi kelas. Tidak jarang pengawas melakukan observasi dengan menekankan pendekatan superioritas. Pendekatan ini dilakukan dengan berorientasi mencari kekurangan dan kesalahan guru. Oleh karena itu, pendekatan ini bersifat formal, mekanis, kaku, atau dilakukan secara mendadak dan cenderung tidak simpatik.
Mirip dengan pendekatan di atas adalah pendekatan legal-formal. Dalam pendekatan ini seorang pengawas menampakkan diri sebagai sosok formalis yang sangat mentaati hukum atau peraturan perundang-undangan. Kecenderungan utama yang menonjol pada pendekatan ini adalah penerapan ketentuan perundang-undangan secara kaku dan menutup kemungkinan interpretasi kreatif sesuai tuntutan kondisi di lapangan tanpa mencoba memberikan alternativ jalan keluar dari kesalahan dan kekurangan.
Selain dengan kedua pendekatan tersebut ada  juga pendekatan yang mengedepankan sifat-sifat demokratis. Pada pendekatan ini “atas-bawah” dihindari dan observer lebih menempatkan dirinya sebagai sejawat yang membuka pintu dialog selebar-lebarnya. Dengan demikian pendekatan demokratis mengutamakan sifat konstruktif, tidak inspeksional mengutamakan observasi dalam rangka mengetahui kebutuhan dan kesulitan guru serta murid sehingga observer dapat memberikan bantuan berupa jalan keluar bagi perbaikan situasi pembelajaran.

E.     Peran dan Tanggung Jawab Observer
Yang dimaksud dengan peran dan tanggung jawab observer kelas adalah peran atau posisi  tertentu seorang observer yang pada saat bersamaan juga seorang pengawas yang berimplikasi logis pada keterikatannya pada sejumlah tugas dan tanggung jawab. Hal inilah yang menyebabkan setiap pengawas dalam melakukan observasi terikat persyaratan kompetensi yang harus selalu dipegang dalam menjalankan tugasnya. Ada dua kompetensi mendasar yang berimplikasi luas bagi setiap pengawas dalam menjalankan tugas observasi.
Pertama, kompetensi substansial.[7] Yang dimaksud dengan kompetensi substansial observer kelas adalah kompetensi, peran dan tanggung jawabnya yang sangat erat berkaitan dengan masalah-masalah mendasar seperti konsistensinya pada moralitas agama, pada nilai-nilai etika profesional, serta pada kompetensi keilmuan di bidangnya. Implikasi dari kompetensi ini adalah bahwa observer dituntut bersikap, berpenampilan dan berprilaku sebagai orang yang benar-benar berkompeten dan memiliki integrasi yang tidak mengecewakan.
Kedua, kompetensi metodologis. Yang dimaksud dengan kompetensi metodologis adalah peran dan tanggung jawab seorang observer yang berkaitan erat dengan masalah-masalah metodologis. Hal ini berarti seseorang observer dituntut memiliki keterampilan teknis metodologis observasi. Dengan kata lain secara metodologis, observer terikat oleh sejumlah kompetensi bidang keterampilan teknis sebagaimana dipersyaratkan harus dimiliki oleh seseorang observer.
Observer pada hakikatnya adalah seorang pendidik yang sekaligus seorang supervisor pendidikan dalam arti yang sesungguhnya. Dia juga sosok yang berwibawa dan mampu menjadi panutan.

F.     Tahap-tahap Observasi

1.      Pra Observasi

Pra observasi merupakan tahap perencanaan observasi. Langkah atau hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam perencanaan adalah waktu pelaksanaan observasi, distribusi sasaran observasi, lokasi (kelas) yang hendak diobservasi, pendekatan dan ragam/jenis observasi yang akan digunakan, serta instrumen observasi apa yang akan dipakai.
Yang dimaksud dengan distribusi sasarn observasi adalah pilihan terhadap sasaran observasi (bisa menyangkut orang maupun jenis dan tingkatan masalah yang dihadapi) yang selanjutnya dijadikan obyek observasi. Dalam hal ini observer harus bisa mendistribusikan sasaran apa yang hendak diobservasi. Yang demikian ini perlu dilakukan karena setiap orang dan lokasi berbeda dalam hal sifat, pengetahuan, keterampilan dan intensitas permasalahan yang dihadapi.
Jenis atau ragam observasi sebaiknya direncanakan sejak awal. Pemilihan ragam observasi apakah ragam undangan, dadakan, misalnya di tahap ini akan berpengaruh pada faktor lain seperti instrumen. Seringkali seseorang (guru) sangat berkeinginan berkonsultasi pada orang lain untuk memecahkan permasalahan yang dihadapinya. Jika demikian seorang supervisor hendaknya tidak segan-segan mengundang yang bersangkutan untuk diajak berdialog.
Selain observasi yang bersifat undangan seorang supervisor hendaknya juga merencanakan observasi yang dilakukan secara mendadak. Perencanaan dilaksanakan dengan cara mengidentifikas terlebih dahulu siapa dan masalah apa yang memang harus diobservasi secara mendadak.
Selain kedua ragam observasi tersebut juga dikenal jenis observasi lainnya yaitu obsevasi langsung dan tidak langsung. Apapun jenisnya yang jelas hal ini perlu direncanakan oleh supervisor.

2.      Pelaksanaan Observasi
Langkah penting yang pertama ditempuh observer pada tahap ini adalah penciptaan pra-kondisi observasi. Langkah ini ditunjukkan dengan penciptaan suasana kerja yang akrab antara supervisor dengan guru pengenalan latar belakang guru, latar belakang murid, atau hal-hal serupa lainnya. Langkah ini ditempuh guna menciptakan situasi yang kondusif bagi pelaksanaan observasi yang efektif dan efesien sehingga data fakta yang terkumpul mencerminkan keadaan yang sebenar-benarnya.
Sejak awal observer selayaknya mempertimbangkan sikap-sikap utama yang harus ditampakkan nantinya dalam menjalankan tugas-tugas observer. Dalam hal lama waktu observasi, observer hendaknya juga merencanakan rentang lama waktu yang ia butuhkan untuk menyelesaikan tugas-tugas observasi. Tidak berlebihan jika dalam hal ini observer dituntut untuk memenej waktu sehingga obsevasi yang dilakukannya benar-benar efektif dan efesien.

3.      Pasca Observasi
Langkah penting pada tahap ini adalah mengolah semua data dan fakta yang telah terkumpul melalui instrumen, sehingga siap disajikan untuk dianalisis atau didokumentasikan. Dengan kata lain, kegiatan pengolahan data fakta sampai siap disajikan, dianalisis, dan akhirnya menjadi bahan penting pengambilan kebijakan yang merupakan langkah penting dari keseluruhan kegiatan observasi.

G.    Instrumen Observasi
Instrumen merupakan alat atau media observasi yang berfungsi sebagai alat pencatat atau perekam dan bisa pula berfungsi sebagai alat pengukur. Sebagai alat pencatat dan perekam, instrumen dipakai untuk mencatat atau merekam situasi kelas. Dalam hala ini observer mencatat atau menuliskan data yang diperolehnya dari lokasi, seperti bagaimana guru membuka, memulai sampai menutup pelajaran, bagaimana ia memotivasi siswa, menggunakan prinsp-prinsip psikologi untuk memecahkan kesulitan belajar, atau mencatat sejumlah sarana kelas yang ada dan yang tidak ada, dan sebagainya.

1.      Kriteria Instrumen
a.       Valid: instrumen yang dipilih oleh supervisor hendaknya memiliki tingkat validitas yang baik.
b.      Reliabel: instrumen yang dipilih hendaknya benar-benar terpercaya, dan oleh karena itu telah memperoleh kesepakatan setidak-tidaknya oleh dua orang observer yang berkompeten
c.       Obyektif: instrumen yang dipilih benar-benar dapat menjamin bahwa data yang diperoleh bersifat obyektif, bebas dari setiap pengaruh pertimbangan dan kelemahan subyektif observer.
2.      Jenis Instrumen
a.       Check List: adalah suatu alat untuk mengumpulkan data dalam melengkapi keterangan-keterangan yang lebih obyektif terhadap situasi belajar dan mengajar di dalam kelas. Bentuk dari check list tersebut, merupakan suatu daftar yang berisi items-items yang sudah disediakan lebih dahulu dan si penjawab hanya tinggal mengcheck tiap items tersebut.[8]
Dua kategori yang sering digunakan adalah evaluative check list dan activity check list.
b.      Factual Records: merupakan catatan faktual yang digunakan untuk mengetahui sejumlah fakta tentang kemajuan aktivitas atau hubungan antara berbagai aspek kegiatan. Catatan-catatan ini dapat dibagi menjadi dua bentuk, yakni:
1.      attention chart
adalah suatu daftar yang berbentuk gambar tau kode-kode untuk mencatat status murid-murid yang memberikan perhatiannya terhadap hal mengajarnya guru.
2.      perticipation chart.
Adalah suatu daftar yang digunakan untuk mencatat pertisipasi murid di dalam kelas-kelas.
c.       Participation Chart selanjutnya dibagi ke dalam dua bentuk, yakni quantity parcipation chart (mengukur dan mencatat kuantitas/ jumlah partisipasi murid) dan quality participation chart (mengukur kualitas partisipasi murid).




Contoh Lembar Check List
No.
ASPEK YANG DIOBSERVASI
A
B
C
D
E
1.

2.
3.

4.

5.

6.


7
Merumuskan tujuan pelayanan secara operasional
Kegiatan belajar murid
Kreativitas murid dalam memecahkan masalah
Cara mengorganisasikan kegiatan belajar mengajar (metode mengajar)
Penggunaan alat-alat pelayanan (media pelayanan)
Penggunaan test
a.       Subyektif
b.      Obyektif
Pelayanan terhadap murid yang mengalami kesulitan belajar.






Rata-rata jumlah






Keterangan:
A         = 81-100%      ......... Baik sekali
B         = 61-80%        ......... Baik
C         =41-60%         ......... Cukup
D         = 21-40%        .......... Kurang
E          = 0-20%          .......... Sangat kurang


BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Observasi kelas sebagai bagian dari keterampilan teknis metodologis supervisi pendidikan pada akhirnya harus dilihat dan ditempatkan sebagi bagian penting dari program pengawasan yang disusun oleh seorang supervisor. Dipihak lain, berdasarkan data yang dihimpun dari lapangan, tidak sedikit pengawas yang belum memiliki keterampilan mengobservasi kelas, bahkan ada diantaranya yang memiliki persepsi yang keliru mengenai observasi kelas.
Dari perspektif inilah muncul keyakinan bahwa berbagai pelatihan supervisi atau tenaga pengawas masih diperlukan, terutama untuk membekali para pengawas dalam berbagai keterampilan teknis kepengawasan dan berbagai alternatif pengembangannya, serta untuk mengikis dan meluruskan kesalahan-kesalahan persepsi. Semua ini bermuara pada satu titik, yakni meningkatkan kinerja kepengawasan dan mengatrol proses belajar mengajar menuju tingkat yang lebih berkualitas.









DAFTAR PUSTAKA
Depag RI, 2006, Model-model Pelatihan Bagi Pengawas Sekolah, Jakarta
Sahertian dan Frans Mataheru, 1981,  Prinsip dan Teknik Supervisi Pendidikan, Surabaya: Usaha Nasional
Kunandar, 2008, Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru, Jakarta: Rajagrafindo Persada.
Rochiati Wiriaatmadja, 2010, Metode Penelitian Tindakan Kelas, Bandung: Remaja Rosdakarya.



[1] Depag RI, Model-model Pelatihan Bagi Pengawas Sekolah, Jakarta, 2006. Hlm, 188
[2] Sahertian dan Frans Mataheru, Prinsip dan Teknik Supervisi Pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional, 1981) hlm. 51
[3] Kunandar, Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru, (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2008) hlm. 146
[4] Rochiati Wiriaatmadja, Metode Penelitian Tindakan Kelas, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010) hlm. 112
[5] Ibid Kunandar,, hlm. 148
[6] Ibid Kunandar,,, hlm. 149-150
[7] Ibid Depag RI,,, hlm. 191
[8] Ibid Sahertian,,, hlm. 53